Software = Tulisan Fiktif?.

Tulisan yang merèpotkan, bukan berarti yang menditèil ataupun yang luas cakupannya. Bagiku, tulisan yang merèpotkan adalah yang dituangkan tanpa didasarkan kepada ketulusan hati serta kenyataan atas isi dari tulisan termaksud. Namun hal inipun bukan artinya tulisan fiksi itu merèpotkan, bukan, selama tulisan fiksi itu dinyatakan sebagai suatu fiksi, maka tentu jauh dari rèpot.

Dulu, saat diajari mengoperasikan komputer, aku diberitau bahwa aplikasi-aplikasi (software) yang beroperasi pada hardware tersusun dari kalimat-kalimat dalam bahasa pemrograman tertentu. Dengan demikian, atas mèdia qolam maka dapat beroperasi perintah-perintah dalam bahasa pemrograman yang digunakan. Ketika qolam telah dipakètkan menjadi suatu kalam yang baku bagi suatu mèdia komputasi, maka kumpulan kalam termaksud menjadi suatu aplikasi yang artinya: dapat diterapkan.

Apakah suatu karya perangkat lunak (program aplikasi) merupakan sesuatu kumpulan tulisan fiktif olèh sebab bukan suatu kenyataan dalam konkrètisasi materialistis?. Ini perlu diperjelas.

Setiap kita memfoto suatu objèk, maka objèk termaksud akan dirèkam sesuai kapasitas pick_cell yang dipunyai olèh divais berjenis kamèra yang digunakan, yang mana kuantitas dari pixel termaksud akan menjadi bobot kuantitatif dari ukuran fail foto itu dalam berbagai format. Biasanya, semakin besar kapasitas suatu mèdia perèkam, makin besar pula kuantitatif satuan yang dibahasakan olèh pengguna sebagai kuali_lathiif yang dipunyai olèh file-file termaksud. Tentu ke-lathiif-an atau kelembutan dari isi fail ini berdasarkan kadar kerumitan suatu objèk.

Rumit wajar, namun sulit itulah rèpot. Meski rumit dekat kepada sulit, biasanya suatu kara kekurang_jujuran akan membuat sesuatu yang dirèkam itu menjadi rumit, sedangkan prosès èditasinya memerlukan ruang lebih dari kapasitas penyimpanan yang tersedia daripada kuantitatif pixel dari foto aslinya pada awal sebelum dièdit.

Tadi sorè kucoba melakukan 3 tahap èditasi atas suatu fail foto, menggunakan aplikasi Photo Èditor. Tahap ke-2, kusèv fail yang telah dièdit termaksud. Tahap ke-3, kusèv ulang hasil sèvan tahap ke-2 setelah dièdit ulang dan digabungkan dengan beberapa kata. Hasilnya?. Tahap ke-2 mempunyai kuantitas fail yang besar daripada tahap ke-1, namun lebih kecil daripada tahap ke-3. Ketika akan diaplod ke internèt, mengalami loding yang lama (mungkin sehubungan kuantitas failnya yang telah menjadi besar).

Lalu sambil menunggu hasil aplodan, kuproses ulang hasil tahap ke-3 tadi dengan aplikasi Screen_Shoot, kemudian kulihat rinciannya. Ternyata kuantitas fail menjadi lebih kecil berdasarkan hasil skrinsut daripada hasil Photo Èditor tahap ke-3 tadi, padahal fail itulah yang kuèdit untuk ke-4 kalinya, menggunakan skrinsut, yang mana langkahku hanyalah mengerat bagian-bagian tepinya saja, namun selisih kuantitas fail cukup banyak berkurang.

Ternyata èfèk skrinsut serupa dengan cara zip, hanya skrinsut lebih praktis dan selisih kuantitatif fail yang dihasilkan lebih kecil daripada hasil zip untuk dokumèn. Pengaturan yang optimal terhadap ini akan berdampak signifikan terhadap pemakaian kuota internèt, apabila fail yang telah "fix" hendak diaplod maupun didawnlod kelak, secara Biaya_Operasional, dan dalam ukuran tertentu akan mempunyai pengaruh terhadap Masa_Susut hardware penyimpanannya sehingga menyebabkan Biaya Susut meningkat lebih cepat sehubungan percepatan Masa Susut sebab sirkuit-sirkuit jarang dilintasi olèh fail berkapasitas besar (jarang dibuka).

Dua gambar foto-foto ini adalah contoh yang kutemukan tadi ketika mengèdit hasil wawancara dengan Bapa Budi Priyatna.



[Gambar 1., merupakan hasil dari tahap tèknis; skrinsut + Photo Èditor + skrinsut ulang].



Gambar 2., merupakan hasil dari tahap tèknis; memfoto tangan kanan dan tulisanku pada mèdia kertas dengan menggunakan kamèra (aplikasi standar yang tersedia dalam HaPè), Photo Èditor, dan skrinsut].

Selisih kuantitas fail antara hasil terkini Gambar 1. dengan Gambar 2., ternyata jauh lebih kecil kuantitas fail atas Gambar 2.

Kesimpulannya?.*

Setelah mengalami beberapa tahap èditasi, muncul beberapa tanya;

1. Manakah gambar foto yang asli?,

2. Apabila satu gambar foto hasil dari salahsatu tahap èditasi termaksud dinyatakan asli, apakah gambar_foto-gambar_foto yang dihasilkan pada tahap-tahap èditasi lainnya dapat dinyatakan palsu?,

3. Apa gunanya tulisan yang tersaji secara otomatis pada software ini saat disèv?.

Hipotèsis: dengan memperhatikan kuantitatifikasi yang tertera pada keterangan dan nama fail, dapat diketaui fail yang mana yang dinyatakan lagi berlaku, dan yang kuantitasnya berapa KiloByte (KB). Ini gunanya keterangan auto_matic pada software. Kiranya cukup dengan menyatakan yang mana yang lagi berlaku, maka dengan demikian telah tersirat bahwa; yang lainnya bukan lagi yang berlaku pada saat yang bersamaan. Jangankan lebih dari 2, bukankah kalau ada 2 fail yang sama, perangkat penyimpan akan menanyakan apakah salah satuNya akan dioverwrait?, sehingga yang ada hanyalah fail yang tunggal dalam satu folder yang sama.

*Èssay: mungkinkah ini satu dari beberapa bentuk fa`il kelathifanNya?.

___
Suntingan ke-1: 11/09/2018: menautkan "link" berikut:

PILIHAN:

LIHAT HALAMAN Mengenai Katalogisasi Huruf Alternatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bala - bala.

Oléh: Yusni Tria Yunda. Di Kota Bandung (#Bandung_1), HÉT Bala - bala hingga tanggal postingan ini masih dapat dibeli seharga Rp. 2.000...