Ukuran Kritik 👅& Anomali : Suatu Targèt.

Olèh: Yusni Tria Yunda.


Setiap benda mempunyai ukuran. Dua ataupun lebih kuantiti benda yang sama, bisa saja mempunyai ukuran yang berbeda antara benda satu dengan benda yang lainnya, yang dengan demikian disebut 'aytem-aytem yang berbèda'. Jangankan gigi geligi kita yang apabila utuh berjumlah 32 yunit, bahkan bagi kara-kara fisik yang keberadaannya has_terbataspun, seperti sepasang mata dan telinga laki-laki ataupun perempuan, ataupun sepasang payudara wanita yang seringkali ditemukan terlihat tanpa sengaja terutama dalam dunia visual digital, bisa saja mempunyai a-simètrismeu, yang mana tiada selalu sama, baik letak tepatnya, ataupun tampilannya berdasarkan ukurannya.

Ini bukan tabu, namun perlu diperjelas kepada anak-anak berusia menjelang remaja tentang cara_memperlakukan dan menanggapi secara beradab dalam adaptasi asasi terhadap hasil penyerapan nètra maupun rungu yang sebagian telah dan lagi merèka ketahui. Kesalahan dalam cara_memandang objèk-objèk yang merèka lihat dan saksikan secara tiada sengaja, sebagian besar diakibatkan sebab ditutup-tutupi pengetahuan mengenai kara-kara termaktub, sekaligus dikecam tanpa argumèntasi sebab-akibat yang masuk akal beserta contoh nyata, dan yang lebih parah adalah menjadi tumbuhlah rasa kepenasaran yang tiada pada jalur semestinya, sehingga berupaya melakukan heuristik secara liar, sebagaimana pengalaman penulis pada masa-masa seusia itu, tanpa tahap kritik, analisa, serta perumusan simpulan-simpulan sebagaimana yang dikehendaki olèh Sang Pencipta manusia.

Dan di alam ini, ukuran benda-benda mèmang berbèda-bèda. Ada ukuran-ukuran benda yang mèmang saling berbèda secara alami sejak diciptakan olèh Alloh, serta berprosès secara alami tanpa campur tangan tèknis yang secara sengaja dikehendaki olèh makhluk, seperti ukuran akar, daun, batang, dan buah pada tumbuh-tumbuhan, serta ada pula yang perbèdaan ukuran-ukurannya dibuat secara sengaja olèh makhluk, seperti peralatan dan perlengkapan hidup manusia; kursi, mèja, dan sebagainya.

Ukuran-ukuran benda yang berbèda-bèda menunjukkan adanya selisih di antara benda-benda termaksud. Selisih ini disebut dèlta. Dèlta dapat diketahui setelah ukuran benda yang terbesar dikurangi dengan ukuran benda yang terkecil, maka dihasilkanlah Dèlta Positif (Dèlta +), sedangkan jika ukuran benda yang terkecil dikurangi ukuran benda yang terbesar, maka akan dihasilkan Dèlta Nègatif (Dèlta -).

Pengukuran bagi setiap selisih, dapat dilakukan menggunakan alat ukur yang diketahui dan dapat disepakati olèh para penggunanya. Penggaris, misalnya, telah diketahui kegunaannya guna mengukur panjang maupun lèbar dari suatu benda, serta telah disepakati penggunaannya olèh lebih dari 1 orang pengguna.

Ukuran-ukuran yang digunakan guna mengukur sesuatu, memerlukan suatu kemasan yang membèdakannya dengan kemasan yang lain. Seperti antara jengkal tangan dengan langkah kaki, ini adalah ukuran yang berbèda. Ketika dibandingkan, ukuran jengkal tangan lebih pèndèk daripada ukuran langkah kaki.  Perbandingan antara 2 atau lebih hal yang dijadikan sebagai dasar ukuran, disebut proporsi. Misalnya proporsi antara 1 langkah kaki adalah sama dengan 5 jengkal tangan, maka proporsinya menjadi 1 banding 5 (dibaca: 'satu langkah kaki berbanding 5 jengkal tangan').

Istilah proporsi, 'pro' berarti mendukung ("support", dibaca: 'suport') ataupun setuju ("agree", dibaca: 'egri'), dan 'porsi' berarti bagian ataupun ukuran. Proporsi, dengan demikian memiliki arti setuju ukuran ini adalah ... (sekian: ditulis ataupun diucapkan nilai ukurannya) dibandingkan (':') dengan ukuran itu yang adalah ... (sekian: tulis ataupun ucapkan nilai ukurannya).

Beberapa kara dari diri manusia, secara fisikal dapat diukur, yang mana ukuran-ukuran termaksud adalah objèktif. Adapun sebagian kara lainnya, mempunyai ukuran-ukuran berbèda, yang tiada dapat dipersamakan pengukurannya menggunakan standar ukuran fisikal. Ukuran-ukuran seperti cara bersikap, cara bertindak menyelesaikan masalah, pemikiran abstrak, dan kara-kara non-verbal lainnya, mempunyai kebèdaan cara mengukur, yang mana olèh sebab itu ukurannyapun berbèda.Setiap perbandingan ukuran yang belum lazim atas dua kara atau lebih, biasanya menimbulkan beberapa tanya dari pengkajinya. Semakin banyak, anomali.

Kritik menjadi suatu kecenderungan cara berpikir kontra aksi ataupun rèaksi terhadap adanya sejumlah kekurangsesuaian ataupun kebelum_tepatan hubungan yang ditemukan olèh pelaku obsèrvasi yang terdapat di antara suatu alur logika yang telah_lagi dipahami, dengan keterangan data-data yang dikumpulkan dalam suatu calon sajian bahan_baku guna diinput ke dalam Pos Persediaan.

Dalam Mètodeu Sejarah, tahap kritik ini dipergunakan guna menelaah bagian-bagian dari masa lalu yang biasanya berkenaan dengan suatu kejadian guna dikaji kelayakannya; apakah dapat dinaikkan statusnya dari status sebagai suatu kejadian termaksud menjadi berstatus sebagai suatu peristiswa, sesuai dengan akibat ataupun pengaruh èfèk dari objèk yang dikaji termaksud terhadap kehidupan manusia pelaku dan lingkungannya pada masa itu maupun pada masa kini pada lingkungan-lingkungan (ruang-ruang) tertentu.

Intinya, dipelajari pola kinerja variabel-variabel yang berlaku dalam objèk-objèk kejadian ataupun objèk-objèk peristiwa termaksud guna dijajaki kemungkinan keterjadiannya berulang pada masa kini ataupun pada masa mendatang, sehingga manusia pada masa kini dapat melakukan mitigasi-mitigasi tertentu dalam upaya mengantisipasi terjadinya peristiwa masa lalu yang terbukti berdampak buruk, pada satu sisi, serta melakukan cara-cara tèhnik yang menyerupai keberlangsungan mèkanismeu objèk-objèk peristiwa masa lalu yang terbukti berdampak baik, pada sisi lainnya.

Adapun dalam akuntansi, penelahaan terhadap bahan_baku adalah berkenaan dengan sejumlah nilai setara Pos Kas yang perlu dikeluarkan pada masa_lalu guna mengadakannya (HPP), serta kemungkinan naik ataupun turunnya sejumlah nilai pengadaan termaksud pada masa mendatang. Kritik dapat dilakukan manakala penelaah menyadari adanya satu ataupun lebih anomali atas kecenderungan-kecenderungan fluktuasi dari nilai-nilai HPP berbanding dengan kualitas dan kuantitas barang yang diadakan guna diperjual_belikan lagi secara langsung ataupun guna diproduksi lanjutan terlebih dahulu sebelum dijual dalam status: "ready stock".

Hal ini sebagaimana pula dalam penggunaan bahasa, baik bahasa komunitas suatu lingkungan tertentu, ataupun bahasa yuniversal, seperti bilangan-bilangan, yang mana keduanya dapat menjadi bahan_baku berupa perbendaharaan kata, lalu mengalami prosès pengolahan menjadi barang_setengah_jadi ataupun hingga ke tahap menjadi barang_jadi, dalam suatu aktivitas produksi yang disebut sebagai: 'komunikasi'. Tèhnik komunikasi dapat dilakukan secara lisan (oral - audio), secara tulisan dan gambar(visual graphs), ataupun keduanya sekaligus.

Kritik hanya dapat dilakukan setelah diadakannya data-data. Sebelum adanya data, tiada kritik yang dapat diajukan, dan ini artinya tiada potènsi Laba ataupun Keuntungan yang dapat diraih sebagai maksud diupayakannya suatu tèhnik pengumpulan data, yang disebut sebagai: "heuristic".

Dalam tahap kritik, dapat diterawang secara global mengenai potènsi dari akan didapatkannya sejumlah Laba ataupun Keuntungan. Data-data yang merupakan bahan_baku, dengan dilakukannya tèhnik kritik, sesungguhnya data-data termaksud lagi diproduksi dan dinaikkan statusnya sebagai bahan_setengah_jadi. Itulah maka, tahap kritik disebut pula sebagai: 'tahap awal dari Processing Data'.

Ditemukan dan diketahuinya beberapa kejanggalan, anomali, ataupun keanèhan dari data-data yang lagi mengumpul olèh pelaku obsèrvasi, hakèkatnya adalah stimulus yang menunggu rèspon lanjutan. Dengan demikian, sikap peka_terhadap_rangsangan atau disebut: 'iritabilita' yang dipunyai olèh pelaku obsèrvasi, sangat berpengaruh terhadap kinerja produksi bahan_baku menjadikannya sebagai bahan_setengah_jadi. Potènsi kerugian dari segi waktu, ataupun peluang Laba Kotor yang lebih sedikit daripada yang seharusnya dicapai, sangat dimungkinkan disebabkan olèh kekurang_pekaan pelaku obsèrvasi dalam mengetahui titik-titik anomali yang dipunyai olèh sejumlah data yang telah dikumpulkannya.

Keanèhan bukanlah keanèhan lagi apabila kara yang diper_anèh_kan termaksud telah banyak ditemukan, sebagai bahan input data. Cara-cara tèknis untuk melakukan sesuatu, seperti tèhnik-tèhnik yang dapat digunakan guna mencapai maksud purposional tertentu, kini mudah diaksès dari internèt, dan mungkin para yuser lebih menyukai kemasan yang praktis-praktis, seperti tayangan vidio-vidio dalam YouTube, daripada mengikuti protokolèr baris-berbarisnya tulisan (aksara) dalam artikel-artikel virtual, maupun surat-kabar_surat-kabar dan buku-buku konvènsional. Kesemuanya menghidangkan sajian keterangan, data-data, cara-cara melakukan sesuatu, serta instanisasi lainnya yang mana mungkin telah sangat banyak berguna bagi para yuser.

Dengan banyaknya cara-cara melakukan kara-kara termaksud, selain menghibur dan memperkaya data, dapat juga menjadi gagasan bahan guna melakukan gubahan kajian mengenai analisa-analisa terhadap standar kelayakan pendapatan (seperti obsèsi penulis dan mitra atas SNI) dalam melakukan bidang-bidang pekerjaan termaksud yang dikaji, berdasarkan tèori bahwa manusia berstatus makhluk sosial yang memerlukan muamalah guna melangsungkan kehidupan dan penghidupan bersama secara sejahtera.

Anomali apa dalam kritik yang mungkin terjadi namun tiada tersadari ketika rèflèksi kepraktisan mengaksès data dilakukan kepada diri sendiri?.

Penulis mengasosiasikan cara kerja fènomèna kepraktisan aksès data digital ini dengan kinerja mèdia penyimpanan aspèk psikis manusia, yang mana mèmori dan perasaan bathin dalam diri tiap-tiap manusia juga mempunyai kapasitas penyimpanan kejiwaan yang bahkan mungkin jauh lebih besar daripada kapasitas ukuran satuan file-file gabungan memori_card èksternal dan internal dalam HaPè yang lagi dipergunakan menggubah pemikiran menjadi tulisan ini. Daya ingat manusia cenderung menurun pada suatu waktu ataupun pada suatu kondisi tertentu yang disebut: 'lupa', sedangkan pada suatu waktu tertentu lodingnya berhasil tersinkronisasi_ulang sehingga disebut: 'ingat'. Ukuran atas kedua fènomèna termaksud adalah: 'kesadaran'. Diperlukan suatu kata_kunci yang spèsifik ataupun lèbel yang mewakili dari link-link yang dituju guna memanggil tiap-tiap kara kejiwaan yang dimaksud, sebagaimana ummat muslim menyebut 'Alloh' sebagai lèbel dari suatu èkstènsi keyakinan pribadi dan komunitas.

Kesadaran situasional terhadap beberapa peristiwa tertentu, rasa tertentu, kecenderungan keinginan ataupun minat, kondisi-kondisi objèktif, dapat berlangsung secara individual ataupun kolèktif. Prosès menjalankan mètodeu dalam tahap pengumpulan data diri menjadi lebih mudah apabila ukuran kesadaran terhadap waktu (zaman) telah terkronologisasi baik secara individual, dan lebih èfisièn apabila dilakukan secara kolèktif, dalam arti diharapkan dapat saling memperkaya data yang ada.

Namun, dalam kara melakukan tahapan kritik, sulit dilakukan apabila tiada pembandingnya dari luar diri sendiri, baik dalam kara melakukan kritik internal ataupun kritik èksternal. Sedangkan, tanpa adanya kritik, apalah gunanya keseluruhan kekayaan data-data yang menumpuk?, serta untuk apa dilakukan pembahasan lanjutan sehubungan masalahnyapun tiada diketaui dalam idèntifikasi masalah?. Padahal, analisa dan interprètasi, pada tahap selanjutnya, akan lebih mudah dilakukan apabila jumlah kuantiti èksistènsi makna dalam satuan-satuan kritik yang dibangun telah memadai.

Masalahnya, pihak mana saja yang mau dan mampu memperkaya kritik yang dilakukan olèh diri?. Tentu mengkritik diri sendiri adalah yang utama, siapa lagi yang sayang kepada diri selain diri sendiri?, sebab hanya yang sayang yang mengkritik. Namun dalam beberapa hal tentulah memerlukan bantuan guna mendapatkan kritik dari pihak lain sebagai pengayaan serta perbandingan temuan tèori bahwa manusia adalah sebagai makhluk sosial, selain sebagai makhluk individual.

Ketika penulis merampungkan tulisan ini, berita dari radio 107,5 MHz menemani, yang mana penyiar laki-lakinya* memberitakan suatu sorotan yang seolah-olah normatif dan mudah mengenai penataan sampah (secara sariksa (menata)), yang mengingatkan penulis mengenai file-file yang belum tertata rapi. Ini merupakan satu bentuk "indirect_critic" yang penulis terima.


___
*PRFM. Èlang Haribrata.
____

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bala - bala.

Oléh: Yusni Tria Yunda. Di Kota Bandung (#Bandung_1), HÉT Bala - bala hingga tanggal postingan ini masih dapat dibeli seharga Rp. 2.000...